Itulah sang Wali, seorang Syekh Abdul Qadir Jailani yang terkenal dan diagungkan selama ini oleh umat. Ia seorang sufi tetapi tidak terlalu keras, dalam sepanjang usianya ia membagi waktu untuk beruzlah, berdakwah dan bergaul dengan masyarakat. Ia sibuk mengajarkan ilmu-ilmu yang tidak hanya soal mistik dan kerohanian saja, tetapi mengajarkan tafsir Alquran. Al Hadist, Ushul Fiqh dan ibadah lainnya yang berkenan dengan kepentingan kehidupan bermasyarakat.
Syekh Abdul Qadir Jailani juga terkenal kedermawanannya. Setiap siang ia berpuasa dan menjelang maghrib, sebelum ia berbuka terlebih dahulu membagi-bagikan roti atau makanan lainnya kepada fakir miskin. Tetangga-tetangganya pun mendapatkan sikap yang sangat baik darinya. Siang harinya dicurahkan waktu untuk mengabdi kepada umat diantaranya ialah memberi pelajaran. Malam harinya disibukkan waktunya untuk beribadah kepada Allah.
Abdul Qadir Jailani seorang wali besar bersekala dunia namanya harum sepanjang masa. Ia menduduki peringkat yang tinggi setelah Nabi dan para sahabat-sahabatnya. Pengabdiannya kepada umat menjadikan namanya masyhur. Kemasyhuran yang sebenarnya tak pernah didambakan, dan tak pernah diinginkan. Namun itulah keharuman insan meskipun enggan disebut masyhur, toh umat tetap memberi predikat istimewa.
Syek Abdul Qadir Jailani wafat pada tanggal 11 Rabiul akhir 561 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1166 M. Ia menghembuskan nafas terakhir pada usianya yang ke 91. Perjuangannya dan ajarannya diteruskan oleh anak-anaknya. Kemudian murid dari anaknya. Bahkan turun-temurun dari murid ke murid yang akhirnya sampai kini, tetap dikagumi umat manusia. | By: Asep Saepudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar